Monday, 21 May 2012

❤Ketulusan Dan Kesetiaan ... ✿ܓ

Ketulusan Dan Kesetiaan : Nailah Al-Farafishah
Tamadhar, isteri mulia, Abdurrahman ibn 'Auf berkata kepada Usman ibn Affan Radiyallahu 'anhu, "Bersediakah engkau menikah dengan puteri pamanku, seorang gadis yang cantik, tubuhnya padat, pipinya lembut dan fikirannya cerdik?"

"Insya Allah", jawab Usman, "Siapakah dia?"

"Nailah binti al-Farafishah al-Kalbiyah"

Sesudah menikah, Usman bertanya pada Nailah, "Pastinya kau tidak suka melihat ketuaanku ini?"

Nailah tersenyum dan menunduk sambil berkata, "Saya termasuk wanita yang lebih suka memiliki suami lebih tua."

"Tapi aku telah jauh melampaui ketuaanku?"

Kembali Nailah tersenyum dan berkata, "Tapi masa mudamu sudah kau habiskan bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan itu jauh lebih aku sukai dari segala-galanya."

Apakah faktor usia memang tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan? Tergantung, jawabnya ada pada masing-masing kita. Di kisah ini, Usman berusia 81 sedang Nailah 18. Ternyata Nailah membuktikan ketulusan cintanya.


Waktu berlalu, hari berganti dan bulan terus berjalan, Nailah yang telah melahirkan Maryam dan Anbasah binti Usman dari pernikahan ini tetap setia mendampingi suami tercinta. Hingga ketika hari itu tiba, saat pasukan pembangkang mengepung rumah Usman, lalu mereka menerobos masuk dan mendapati beliau sedang tilawah. Tanpa menggubrisnya mereka mengayunkan pedang-pedang terlaknat ke tubuh tua beliau. Nailah, sang bidadari, segera menjatuhkan tubuh ke pangkuan Usman untuk melindunginya. Dan, ya.., jari-jari tangan perempuan tulus itu putus.

Ketika akhirnya Usman wafat dalam kemuliaan, Muawiyah ibn Abu Sufyan mengirim utusan untuk meminang Nailah. Tapi apa jawaban Nailah? "Tidak mungkin ada seorang manusia pun yang bisa menggantikan kedudukan Usman di dalam hatiku."


Untuk mengelakkan dirinya terus dipinang, beliau telah mencabut dan mematahkan gigi sehingga orang ramai kehairanan...
Ada yang bertanya kepada Nailah,

“Mengapa kamu mematahkan gigi-gigimu yang cantik itu?”

Jawapan yang Nailah berikan, 

 “aku tidak mahu kesedihanku terhadap Uthman menjadi pudar sebagaimana pudarnya kain-kain buruk dan aku juga tidak mahu lelaki mengetahui apa yang ada pada diriku sebagaimana yang telah diketahui oleh Uthman.”

Kata-kata tersebut adalah lambang kecintaan dan kesetiaannya kepada suami tercinta yang telah dibunuh di hadapan mata kepalanya sendiri...Nailah juga banyak menggubah syair dan sajak yang diabadikan untuk suaminya...

Juga tidak ada perkahwinan ke-2 dalam hidupnya selepas Khalifah Uthman. Nailah Al- Farafishah lambang peribadi mulia seorang srikandi Islam yang sanggup menggadaikan jiwa raganya demi mempertahankan suami tersayang dan Islam tercinta di zamannya.. 
Itulah kisah Nailah Al-Farafishah...srikandi setia buahati saidina Uthman B. Affan..apakah aku bisa setia dan taat seperti Nailah...srikandi yg aku kagumi ini??...apakah aku bisa menjadi isteri seperti Nailah ini??apakah aku bisa tabah sepertinya??
Kanvas cinta ini terlukis wajah muslimah.., yang kiasan rindunya takkan lemah walau dihunus 1000 mehnah...Pada hijab rindu..., terserlah pada Qalam.., dialah Muslimah Acuan Quran.. NAILAH AL-FARAFISHAH....

No comments:

Post a Comment